Senin, 15 November 2010

korban merapi dan kurban idul adha 1431 h

KORBAN MERAPI DAN KURBAN BINATANG DI IDUL ADHA 1431 H

Hari raya Idul Adha 1431 H telah dirayakan dengan suka cita. Bagi yang berduit bersuka cita karena bisa berkorban yang relevan dengan kemampuannya. Sedangkan bagi korban merapi bersuka cita disertai duka karena hari raya pada tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Makanya hari raya, di pengunsian merapi dijadikan sebagai momentum untuk membangun kebersamaan dan kebahagiaan sekaligus meningkatkan semangat hidup.

Dinamakan hari raya kurban, karena peristiwa ini menandai terhadap upacara ritual yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s., yang dianggap sebagai kakek moyang agama Semitis, untuk melakukan upacara menandai rasa syukurnya karena pengorbanan putranya, Ismail a.s., yang diganti dengan domba dari surga karena kehendak Allah.

Di dalam ibadah kurban tidak hanya terdapat dimensi ritual vertical kepada Allah semata, akan tetapi juga mengandung makna ritual horizontal. Sebagai ibadah ritual vertical, tentu saja harus didasari oleh keyakinan akan kebenaran ajaran Islam ini.

Ibadah ini semula dilakukan oleh Ibrahim a.s., dan kemudian diabsahkan di dalam Islam melalui perilaku Nabi Muhammad s.a.w. yaitu dengan diberlakukannya ibadah kurban yang menyertai pelaksanaan ibadah shalat Id.

Di hari raya kurban ini, ternyata ada suatu problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Yaitu bencana alam dengan meletusnya Gunung Merapi di Jogyakarta. Bencana alam ini seakan mendera negeri ini di tengah keinginan untuk melanjutkan pembangunan bangsa.

Bencana alam tentu dapat dilihat dari dua aspek, yaitu kejadian yang memang mesti terjadi, seperti halnya gunung merapi meletus, memang secara sunnatullah harus terjadi. Ini merupakan bagian dari ketentuan Allah, bahwa Gunung Berapi memang memiliki peluang yang besar untuk meletus. Hanya waktunya saja yang Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedangkan di sisi lain, ada bencana yang memang disebabkan oleh ulah manusia, seperti halnya banjir bandang yang disebabkan oleh penggundulan hutan, sebagaimana banyak kasus yang terjadi di Indonesia.

Oleh karena itu, berkurban yang sangat baik di tengah deraan bencana adalah dengan memberikan uluran tangan kita untuk membantu mereka yang berkesedihan. Bahkan juga mungkin akan menjadi semakin baik, jika orang menunda hajinya yang kedua, ketiga dan seterusnya untuk kemudian uangnya diberikan kepada para korban bencana. Jika ada yang seperti ini, maka inilah yang dinamakan muslim paripurna, yaitu orang yang mengutamakan kepentingan umat dibanding kepentingan ibadah privatnya kepada Allah.

Tidak hanya itu, bagaimana semuanya yang berduit masih membunuh banyak sapi saat Kita melihat orang-orang yang membutuhkan obat-obatan dan makanan dan pakaian dan atap di atas kepala korban merapi?

Pada akhir pemikiran Saya, yaitu masalah sosial. Bukan terjemahan harfiah dari Qurban seperti kebanyakan muslim hari ini mengikuti mainstream. Islam adalah bagi mereka yang berpikir. Allah memberikan kita dengan otak, pikiran dan cerdas. Mari menggunakan, bersama-sama dengan hati yang terbuka, untuk melakukan tindakan sosial , bukan menyalahkan benar atau salah dalam menerapkan arti Qurban. Saya percaya, itu adalah semangat berbagi apa yang Anda menghargai dan berbagi dengan orang lain dalam nama social.

Semoga harapan Saya, besok setelah sholat ied hewan kurban yang disembelih dan dimasak oleh relawan korban merapi, makanan itu dibagi-bagikan kepada para pengungsi . Namun, tidak semua hewan itu diolah menjadi makanan. Sebagian hewan kurban yang dipotong itu didistribusikan secara merata ke posko pengungsian lainnya. Dan yang terakhir, bagi yang belum kurban Saya harapkan bias mewujudkannya dalam bentuk lain, seperti yang sudah Saya sebutkan di atas.

LAKSANAKAN SHOLAT IDUL ADHA 1431 DAN PEDULI KORBAN MERAPI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar