Sabtu, 27 November 2010

makna kritik, kritik dalam arti marxian, dan kritik positivistis

Makna Teori Kritis
Pada dasarnya teori kritis berawal dari sebutan pemikiran – pemikiran Madzab Frankfurt. Sepengatahuan saya Teori kritis merupakan kritik ideologi, yang berarti suatu refleksi diri untuk membebaskan pengetahuan manusia bila pengetahuan itu jatuh dan membeku pada salah satu kritik, apakah transendental (jauh dari dunia empiris) ataupun empiris.
Menurut Habermas (salah satu tokoh teori kritis) teori kritis suatu metodologi yang berdiri di dalam ketegangan dialektis antara filsafat dan sosiologi. Secara tidak langsung teori kritis tidak berhenti pada fakta obyektif sperti dianut teori teori positivistis. Teori kritis hendak menembus realitas social sebagai fakta sosiologis, serta menemukan kondisi- kondisi yang bersifat transcendental yang melebihi data empiris.
Teori kritis juga bersifat historis dan tidak melepaskan data yang diberikan oleh pengalaman kontekstual. Jadi teori kritis tidak hendak jatuh pada metafisika yang beterbangan. Maka teri kritis merupakan dialektika antara transcendental yang bersifat empiris.

Kritik Dalam Arti Marxian
Marx memandang, kritik yang dikemukakan dalam filsafat Hegel tidak jelas sekaligus memusingkan karena konsep sejarahnya tidak akan membuahkan apa- apa disebabkan hanya berupa sejarah teori. Marx juga menekankan idealism Hegel menjadi materialism sejarah yang bersifat praktis emansipatoris.
Marx membuat konsep tentang materialism sejarah. Di mana apa yang terjadi di suatu masyarakat dan historis ialah manusia- manusia berjasad yang bekerja dengan alat- alat kerja untuk memproduksi ekonomi.
Makna kritik yang dicetuskan oleh Mark tidak lain memiliki maksud usaha- usaha mengemansipasi diri dari penindasan serta keterasingan yang diproduk oleh hubungan –hubungan kekuasaan di suatu masyarakat.
Jadi kritik oleh Marx disandarkan di dalam lingkungan manusia berjasad yang memiliki tugas untuk memproduksi ekonomi atau biasa disebut materialism sejarah praxis emansipatoris, yang berarti praxis revolusioner yang dilakukan kaum perjuangan kelas (proletariat).




Kritik Fenomena dengan Kritik Dalam Arti Marxian
Sering kita melihat di televisi banyak para pekerja yang demo, dengan alasan menuntut gaji yang sesuai harapan mereka untuk menyelaraskan dengan harga- harga kebutuhan hidup yang terus melonjak tinggi. Tidak hanya itu saja yang mereka (proletar) keluhkan, melainkan juga atas kesadaran mereka yang merasa terus ditindas dan diperas tenaganya dengan upah yang rendah untuk bekerja dan surplusnya hanya dinikmati oleh kaum borjuis (kapitalis). Jika dianalisis melalui kritik marx, maka muncullah kontradiksi- kontradiksi antara kaum kapitalis yang ingin melestarikannya kekuasaanya dan kelas proletariat ingin membebaskan mereka dari penindasan dengan cara menghapus hak milik pribadi atas alat- alat produksi. Inilah perjuangan kelas buruh untuk mengemansipasi diri melalui revolusi social yang tidak dapat ditawar lagi.

Kritik Terhadap Positivisme
Bagi penulis positivisme tidak hanya sekedar pandangan positivis mengenai ilmu pengetahuan tetapi jauh lebih luas lagi, positivisme tidak lain sebagai cara berfikir yang menyentuh kesadaran masyarakat industri maju. Dengan memakai teori kritis maka kita akan berprihatin terhadap problematika rasionalitas masa kontemporer. Dengan teori kritis itu pula positivisme akan teratasi atau terselesaikan.
Pemahaman positivistis terhadap Ilmu- ilmu social mengandung hubungan politis yang sama beratnya dengan klaim- klaim politis lain sebab pemahaman itu berfungsi dalam mengawetkan status-quo masyarakat.
Positivistis dengan prinsipnya rasio instrumental yang menganggap manusia yang menciptakan suatu alat, misalnya perakit pistol hanya membuat berbagai jenis pistol namun mereka tidak mengakui bahwasanya pistol itu digunakan untuk kegiatan apa, itu semua adalah sebuah kebohongan yang luar biasa. Coba dipikirkan lebih lanjut.
Meskipun positivisme memisahkan antara pengetahuan dan kehidupan praktis manusia, serta sukses gemilang yang berhasil dicapai oleh metode ilmu- ilmu alam dalam menjelaskan fakta membawa serta keyakinan bahwa ilmu pengetahuan merupakan bentuk pengetahuan sejati, itu semua merupakan saintisme yang berarti menyamakan pengetahuan dengan ilmu pengetahuan, dan bagi penulis tidak ada pengetahuan yang sejati dan murni netral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar